Profil Desa Rojoimo

Ketahui informasi secara rinci Desa Rojoimo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Rojoimo

Tentang Kami

Desa Rojoimo di Kecamatan Wonosobo merupakan desa penyangga ibukota yang sarat akan nilai sejarah dan legenda. Desa ini memadukan sisa lahan pertanian subur dengan geliat ekonomi UMKM, ditopang oleh semangat gotong royong masyarakatnya yang kuat.

  • Nama Bersejarah dan Legendaris

    Nama "Rojoimo" berasal dari legenda "Rebutan Oyot Imo," yang mengisahkan perjuangan di masa lalu dan memberikan identitas historis yang kuat bagi desa.

  • Desa Penyangga Ibukota

    Berlokasi di perbatasan selatan pusat kota, Rojoimo berfungsi sebagai zona transisi antara kawasan urban dan agraris, menopang kebutuhan kota sekaligus mempertahankan karakteristik perdesaan.

  • Ekonomi Berbasis Pertanian dan UMKM

    Perekonomian desa ditopang oleh sektor pertanian, khususnya padi dan sayuran, serta geliat UMKM yang terus berkembang di bidang kuliner dan kerajinan.

XM Broker

Desa Rojoimo, sebuah nama unik yang menggugah rasa penasaran, terhampar di perbatasan selatan Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Wonosobo. Sebagai salah satu desa yang mengelilingi pusat ibukota, Rojoimo memegang peran ganda yang krusial: sebagai penyangga kawasan urban sekaligus benteng terakhir bagi lahan pertanian di tengah desakan pembangunan. Nama desa ini sendiri menyimpan jejak legenda dan sejarah panjang, berasal dari frasa "Rebutan Oyot Imo" yang memberikan identitas budaya mendalam bagi masyarakatnya.Lebih dari sekadar wilayah administratif, Rojoimo adalah perpaduan harmonis antara ritme kehidupan suburban yang dinamis dan ketenangan agraris yang masih terjaga. Warganya hidup dari denyut nadi lahan pertanian yang subur, sambil terus beradaptasi dengan geliat ekonomi modern yang merambat dari pusat kota. Profil ini akan mengupas secara mendalam berbagai lapisan yang membentuk Desa Rojoimo, dari asal-usul namanya yang legendaris, kondisi geografisnya sebagai zona penyangga, hingga kekuatan sosial dan ekonomi yang lahir dari semangat komunal warganya.

Geografi dan Posisi sebagai Zona Penyangga

Secara administratif, Desa Rojoimo tercatat dalam sistem pemerintahan dengan Kode Kementerian Dalam Negeri 33.07.11.2014. Desa ini berlokasi strategis di sisi selatan Kecamatan Wonosobo, berfungsi sebagai zona transisi atau buffer zone antara pusat kota Wonosobo yang padat dengan wilayah perdesaan di selatannya. Posisinya ini memberikan karakteristik unik, di mana sebagian wilayahnya mulai menunjukkan ciri perkotaan sementara sebagian lainnya masih mempertahankan lanskap agraris yang asri.Luas wilayah Desa Rojoimo yaitu sekitar 259 hektare atau 2,59 kilometer persegi. Wilayah yang cukup luas ini dimanfaatkan secara beragam. Sebagian besar masih berupa lahan pertanian produktif, khususnya sawah irigasi yang menjadi sumber utama mata pencaharian penduduk. Sisanya merupakan kawasan pemukiman yang terus berkembang, serta area untuk fasilitas umum. Batas-batas wilayahnya sangat jelas. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Kelurahan Sambek dan Desa Tlogojati. Di sisi timur, berbatasan dengan Desa Sariyoso (Kecamatan Sukoharjo). Sementara di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Gumiwang (Kecamatan Sukoharjo) dan di sebelah barat berbatasan langsung dengan Desa Bomerto.Topografi Desa Rojoimo relatif landai dengan sedikit kontur bergelombang, sangat ideal untuk aktivitas pertanian, khususnya padi. Keberadaan lahan pertanian yang masih luas di tengah kepungan urbanisasi menjadikan Rojoimo sebagai salah satu lumbung pangan penting yang menopang kebutuhan pangan warga di pusat kota Wonosobo.

Jejak Legenda dalam Nama "Rojoimo"

Identitas Desa Rojoimo tidak bisa dilepaskan dari asal-usul namanya yang melegenda. Nama ini diyakini merupakan kependekan dari frasa dalam bahasa Jawa, "Rebutan Oyot Imo," yang secara harfiah berarti "berebut akar imo". Imo adalah sejenis tanaman umbi-umbian liar yang tumbuh di masa lalu. Legenda ini, yang diwariskan secara turun-temurun, mengisahkan tentang sebuah masa sulit di mana masyarakat harus berjuang keras untuk mendapatkan sumber makanan, bahkan hingga harus berebut akar-akaran untuk bertahan hidup.Kisah "Rebutan Oyot Imo" ini melambangkan semangat juang, keuletan, dan daya tahan masyarakat dalam menghadapi kesulitan. Peristiwa legendaris ini kemudian diabadikan menjadi nama "Rojoimo" untuk mengenang perjuangan para leluhur. Nama ini bukan sekadar label geografis, melainkan sebuah prasasti lisan yang mengandung nilai-nilai filosofis mendalam tentang pentingnya kerja keras, kebersamaan, dan rasa syukur atas kesuburan tanah yang kini mereka nikmati.Warisan cerita rakyat ini menjadi fondasi budaya dan kebanggaan bagi masyarakat Desa Rojoimo. Ia membentuk karakter komunal yang kuat dan menumbuhkan rasa kepemilikan yang tinggi terhadap desa mereka. Setiap kali nama Rojoimo disebut, ia membangkitkan kembali memori kolektif tentang perjuangan dan ketahanan yang telah membentuk desa mereka hingga seperti sekarang.

Demografi dan Struktur Sosial Masyarakat

Sebagai desa penyangga ibukota, Desa Rojoimo memiliki jumlah penduduk yang cukup signifikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam "Kecamatan Wonosobo dalam Angka 2023", jumlah penduduk Desa Rojoimo tercatat sebanyak 5.385 jiwa. Populasi ini terdiri dari 2.766 penduduk laki-laki dan 2.619 penduduk perempuan.Dengan luas wilayah 2,59 kilometer persegi, maka tingkat kepadatan penduduk di Desa Rojoimo mencapai sekitar 2.079 jiwa per kilometer persegi. Angka kepadatan ini menunjukkan karakteristik wilayah suburban yang tidak sepadat pusat kota, namun juga tidak selengang desa-desa di pelosok. Ini mencerminkan adanya keseimbangan antara area pemukiman dengan ruang terbuka hijau dan lahan pertanian.Mayoritas penduduk Desa Rojoimo masih menggantungkan hidup pada sektor pertanian, baik sebagai petani pemilik lahan, petani penggarap, maupun buruh tani. Namun seiring dengan perkembangan zaman, banyak pula warga yang bekerja di sektor lain seperti perdagangan, jasa, industri kecil, dan sebagai pegawai yang berkomuter setiap hari ke pusat kota. Struktur sosial masyarakatnya masih sangat kental dengan nilai-nilai agraris. Semangat gotong royong, atau yang dikenal dengan istilah sambatan, masih hidup dan dipraktikkan dalam berbagai kegiatan komunal, mulai dari perbaikan fasilitas umum hingga membantu sesama warga yang sedang hajatan atau tertimpa musibah.

Potensi Ekonomi Berbasis Pertanian dan UMKM

Pilar utama perekonomian Desa Rojoimo ialah sektor pertanian. Lahan sawah yang subur menjadi aset paling berharga, menghasilkan padi berkualitas yang menjadi komoditas andalan. Selain padi, para petani juga menanam berbagai jenis palawija dan sayur-mayur, seperti jagung, singkong, dan aneka sayuran daun yang hasilnya dipasarkan di pasar-pasar tradisional di Wonosobo. Pertanian di Rojoimo menjadi contoh pentingnya menjaga ketahanan pangan lokal di tengah laju urbanisasi.Seiring dengan perannya sebagai desa penyangga, sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga mulai tumbuh dan berkembang pesat di Desa Rojoimo. Geliat ekonomi ini didorong oleh kemudahan akses menuju pasar di pusat kota. Berbagai jenis UMKM, terutama di bidang kuliner, mulai bermunculan. Banyak warga yang membuka usaha warung makan, produksi makanan ringan tradisional, kue basah, hingga layanan katering.Selain kuliner, beberapa warga juga menekuni usaha di bidang kerajinan dan jasa. Kedekatan dengan pusat kota memberikan keuntungan bagi para pelaku UMKM di Rojoimo dalam hal pemasaran dan akses terhadap informasi tren pasar terbaru. Sinergi antara sektor pertanian yang stabil dan sektor UMKM yang terus tumbuh menciptakan struktur ekonomi desa yang lebih tangguh dan beragam.

Tantangan Pembangunan di Era Urbanisasi

Sebagai desa yang berada di lingkar luar ibukota, Desa Rojoimo menghadapi tantangan pembangunan yang khas, terutama yang berkaitan dengan laju urbanisasi. Salah satu tantangan terbesar ialah tekanan konversi lahan pertanian menjadi area pemukiman atau komersial. Setiap tahun, permintaan akan lahan untuk perumahan terus meningkat, mengancam keberlanjutan lahan sawah yang menjadi sumber kehidupan banyak warga. Diperlukan kebijakan tata ruang yang tegas dan berpihak pada pertanian berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan.Tantangan lainnya berkaitan dengan infrastruktur. Peningkatan jumlah penduduk menuntut adanya peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur dasar seperti jalan desa, sistem drainase untuk mencegah banjir, serta pengelolaan sampah yang lebih modern. Jika tidak dikelola dengan baik, pertumbuhan penduduk dapat menimbulkan masalah lingkungan dan sosial di kemudian hari.Selain itu, modernisasi juga membawa tantangan pada regenerasi petani. Generasi muda cenderung lebih tertarik untuk bekerja di sektor non-pertanian di perkotaan. Diperlukan inovasi dan program yang dapat membuat sektor pertanian lebih menarik bagi kaum milenial, misalnya melalui penerapan teknologi pertanian modern atau pengembangan agrowisata berbasis persawahan.

Penutup

Desa Rojoimo adalah sebuah potret wilayah yang berdiri di persimpangan antara masa lalu dan masa depan. Namanya yang legendaris menjadi pengingat akan akar sejarah dan perjuangan para leluhur, menanamkan nilai-nilai keuletan dan kebersamaan yang terus hidup dalam semangat gotong royong warganya. Sebagai desa penyangga, ia memainkan peran vital dalam menjaga keseimbangan ekologis dan ketahanan pangan bagi ibukota Wonosobo.Dengan fondasi ekonomi yang bertumpu pada kesuburan lahan pertanian dan kreativitas warganya dalam mengembangkan UMKM, Rojoimo menunjukkan resiliensi yang tinggi. Tantangan urbanisasi memang nyata, namun dengan perencanaan yang matang dan partisipasi aktif dari masyarakatnya yang komunal, Desa Rojoimo memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi desa suburban yang maju, mandiri, namun tetap berpegang pada kearifan lokal dan warisan sejarahnya yang agung.